Rahasia Cermin
Malam semakin memeluk erat. Kabut bertambah pekat. Tangis perempuan itu kian menyayat. Perih, membuat tenggorokan serasa tercekat.
Kulihat dia terus menerus mematut diri di depan cermin. Sambil sesekali menyeka air matanya. Setiap malam hanya itu yang dilakukannya. Sesekali dia berbicara pada cermin. Berbagi rahasia, mungkin. Suaranya tak jelas. Hanya lengkingan yang menyayat hati yang terdengar sangat keras. Lamat-lamat, suaranya mulai terdengar. Ada cerita pilu di sana.
“Dia.. orang yang paling jahat yang pernah aku kenal.”
Terlihat ada murka di wajah perempuan itu. Tapi tetap tak dapat menutupi kesedihan di wajahnya. Di mata sayunya. Senyum yang setiap hari menghias wajahnya, juga tak bisa menyembunyikan kepiluan di hatinya.
“Apa yang akan kau lakukan jika kau jadi aku? Dia telah memperlakukan aku dengan sangat kurang ajar. Aku masih kecil waktu itu. Tak mengerti apa-apa.”
Bahunya mulai terguncang. Hebat. Dia menggugu. Tangisnya kian pecah, tanpa suara. Mungkin dia tak ingin membangunkan suami dan anaknya yang tengah tertidur lelap di peraduannya.
“Dia hampir memerkosaku saat itu. Orang itu, keluargaku sendiri.”
Terus saja, dia berbicara pada cermin. Padahal dia tahu, cermin tak akan bisa memberinya jawaban. Atau mungkin memang itu yang dia butuh? Hanya ingin didengarkan. Tanpa ada yang menyela, bahkan menghujatnya?
“Dan kini apa yang harus aku bilang pada suamiku? pada keluargaku?”
Rupanya dia tak pernah menceritakan hal ini pada siapapun. Dia menyimpannya seumur hidupnya. Berharap luka sembuh dengan sendirinya bersama sang waktu. Tapi ternyata itu yang menyebabkan dia seperti seorang pesakitan. Menyimpan bara dalam sekam. Yang kapan pun siap meledak.
Atau dia hanya menunggu waktu dan orang yang tepat untuk menerima semua muntahan kemarahannya? Entahlah… Yang jelas, dia kini merasa lega karena telah berbagi rahasia dengan cermin, sahabatnya..
0 Comments
Baginda Ratu
Aduhhh, sedih ih, Daaaa.. 😥
eda
*sodorin tissue*
Baginda Ratu
trus baksonya manaaa..? 😆
eda
ah iya.. lupa 🙁
kalo ngrayu dirimu harus ada sajennya ya mba.. *siapin kembang 7 rupa lalu kabur* 😆
Danan Wahyu Sumirat
rahasia cermin, aku ganteng tapi….. (hening sejenak)…. prang!!!!!
aku ganteng dan hanya aku yg boleh ganteng … #narsis
eda
mirror mirror on the wall.. mas danan ganteng gak?? ENGGAK… 😆 *kabur*
lazione budy
cerpin pun bisa jadi musuh saat kita marah jadi hantam saja dia!
sekarang!
eda
prang! dan lalu berdarah..
Teguh Puja
Bagian dari POV 2-nya masih belum tereksplor, Mbak. Hehe. Gak ada representasi ‘kau’ atau ‘kamu’ di sana. Jadi, masih terasa seperti POV3. 😀
eda
wkwkwwkk… kan…masih salah.. kurang detil ya… baiklah ntar dicoba lagi deh.. jgn bosan yah kasi ilmunya ke aku.. tenkies 😀
Teguh Puja
Overall, aku suka diksi dan pembawaan ceritanya. Hihi.
eda
makasiii…
btw, itu tadi maksudnya, kurag dijelaskan secara gamblang, siapa ‘dia’ itu.. gitu kah?
Teguh Puja
Kalau di POV 2, kita tidak hanya menulis mengenai ‘dia’ saja, mbak, karena itu akan jadi POV3. Sebisa mungkin, kita menciptakan komunikasi.
Tapi kita tidak berkomunikasi lewat kata ‘aku’, seperti di POV1.
—->
Pagi ini kamu duduk di sana. Menunggu seseorang yang telah kamu tunggu sejak lama. Jauh sebelum pagi itu, kamu sudah mengatur segala sesuatunya. Sudah lebih dari sebulan kamu mempersiapkannya. Di dalam tasmu, di sana, telah tersimpan sebuah kejutan. Kejutan yang kamu harapkan akan dengan senang hati diterima olehnya.
—
Ini seperti kita lagi menceritakan ulang apa yang teman di hadapan kita sudah lakukan seharian, mbak, tapi kita gak pakai kata ‘aku’, justru malah fokus dengan mengedapankan kata ‘kamu’ sepanjang bercerita.
Pagi ini ‘Kamu’ telah melakukan A, bicara mengenai B, dan memutuskan untuk C. Pola sederhananya mungkin seperti itu.
😀
eda
baiklaaah… ntar belajar lagi 😀
Teguh Puja
😀 *saliiiim*
chris13jkt
Kalau curhat sama cermin terus, lama-lama bisa gawat juga ya Mbak? 😀
eda
Ahahaha…dikira horang gila ya oms 😆